Another [same] crush

            Saya pernah mempublish klip Crush dari dik David Archuleta di sini beberapa waktu yang lalu. Seingat saya, waktu itu saya memang sedang dilanda crush. Dan karena merasa masih diteror oleh rasa itu akhir-akhir ini, saya iseng bertanya pada om Google, arti dari crush. Dari sekian banyak definisi crush di kamus, ada satu yang mendekati apa yang saya rasakan “an intense but usually short-lived infatuation
            One lead to another, sekarang saya yang gagap language ini harus mencari arti infatuation. Dari mbak Wiki, dibilang infatuation adalah “Infatuation is the state of being completely carried away by unreasoned passion or love; addictive love. Usually, one is inspired with an intense but short-lived passion or admiration for someone. Infatuation is a common emotion characterized by unrealistic expectations of blissful passion without positive relationship growth or development.“

Hmm..cukup akurat saya rasa. Setidaknya membuat saya yakin, it’s not about real love Baby…

Maka saya membebaskan diri saya menikmati rasa itu.
Menikmati cara dia membawa warna dalam dunia saya.
Membebaskan rasa bersalah ketika saya tidak bisa mengalihkan manik mata saya dari memandangnya.
Menahan rona dadu di pipi ketika diam-diam mengintip dari viewfinder hanya untuk bisa mebekukan gelak tawa dan senyumnya dalam jepretan kamera.

Tak perlu lah bertanya tentang nama, karena tak selamanya rasa itu bernama …
Tak perlu lah berfikir tentang siapa, karena mungkin dia lebih indah dalam bayangan …

Sentosa Buskers Festival 2010







Kinabalu: Lost and Found









Perempuanku

          Perempuan di depanku tampak gelisah. Sesekali desis keluar dari bibir yang merah. Juga sergah tangan yang tak jarang mengibas anak rambut yang jatuh terlalu dekat ke mata cantiknya. Tiga empat titik keringat perlahan muncul di ujung hidung dan dahinya. 
          "Kalau kepedesan, mbok ya sudah.. ndak usah di makan lagi.." kataku sambil menyecap es jus tape yang aku pesan.
          "Pedhess.....sshhtt..tapi.." jeda sebentar karena sekali lagi rambut nakal itu menggoda lentik bulu matanya "eenakk ni.."
          Aku hanya tertawa. "Ni minum dulu.." tawarku.
          "Sik..nanggung. Nanti tambah pedes kalau minum es gitu" tolaknya sambil memonyongkan bibir yang merona kilap kuah mie ayam. Tak jarang lidahnya tampak menyapu sudut bibir sementara dia mengambil jeda mengatur nafas. Titik-titik tadi mulai bergabung mengalir menyusuri pipi, jatuh di leher jenjangnya. Menggoda.
          "Tissue ni..Sampai keringetan gitu". Dan biar hanya Tuhan dan setan yang tahu betapa aku ingin menyentuh sendiri bibir itu dan menggantikan tetes keringat yang membelai pipimu. "Damn..bawa-bawa Tuhan segala" umpatku lirih.
          "Kenapa kamu?" rupanya dia dengar juga.
          "Ga papa. Dah selesai? Cabut?"
          "Heeh." Disambarnya gelas yang tadinya berisi es teh itu. Seperti aku duga, segera sebongkah kecil es batu berpindah ke mulutnya. Kebiasaan mengulum es batu yang, entah bagaimana, aku selalu suka cara dia melakukannya.
          "Ngelamun. Ayoo.." 
          Aku kembali tersadar dari keterpukauanku ketika tangan halus itu menggenggam tanganku dan menariknya. Segera aku jajari langkahnya, sambil meremas tangannya perlahan, menuju parkiran. Sesekali aku mencuri-curi pandang dari ekor mataku ke siluet hidung mancungnya dan tirai rambut yang disirami sinar matahari senja ini. Rasanya aku bersedia nilai 3 SKS semester terakhirku yang aku ambil E semua asal waktu bisa berhenti seperti ini ketika aku dan dia berdua dalam bias jingga senja. Walah, mulai nggombal. Meski tak urung gombalan bodoh dalam otakku tadi melengkungkan senyum juga di bibirku. 
          "Lintang Prameshwari...!!! Ngelamun lagi ya? Pake senyam-senyum gitu. Kita udah 2 kali ya muterin ini parkiran. Motormu diparkir di mana siii???"

Bidadara itu tak bersayap…


            Pagi belum lagi sempurna kala telinga saya menangkap suara jeritan alarm HP yang memang sengaja saya set ke jam 4 pagi. Seperti biasa, dengan sekali sapuan jari, berhentilah suara yang mengganggu mimpi saya itu, dan kembali terlelap. Jujur, saya bukan manusia pagi. Tapi ketika teringat agenda kami hari itu, dengan terhuyung-huyung saya menyeret tubuh saya ke kamar mandi. Saya dan teman saya hari itu memang merencanakan untuk mengunjungi salah satu gunung tertinggi di pulau Kalimantan. Dan agar bisa sampai di kaki gunung yang berjarak 80 km dari tempat saya menginap malam itu, tepat waktu, mobil yang menjemput kami akan datang pukul 5 pagi.
            Untungnya penginapan ini menyediakan kamar mandi, yang meskipun terletak di luar kamar, lengkap dengan pemanas. Saya malas membayangkan menggigil mandi air dingin di pagi buta seperti ini. Setelah melakukan formalitas mandi sekadarnya saya segera masuk kamar dan kembali bergelung di dalam selimut.
            Rasanya baru saja saya kembali menutup mata, ketika mendengar suara teman saya memanggil, "Na, bangun. Mandi..dah hampir jam setengah 5 tu."
Setengah hati saya membuka setengah kelopak mata saya. "Udah kelar mandi dari tadi".
            "Oh, oke..aku mandi dulu ya.."
            "Hmm.." gumam saya dan kembali memejamkan mata.
            Baru dua detik dari suara ceklikantanda pintu tertutup, tiba-tiba pintu kembali terbuka dan terdengar suara teman saya lagi "Eh, pintu ga aku kunci lho ya.."
            "Iya.." jawab saya antara sadar dan tidak, dan kembali terlelap.
           Entah berapa lama kemudian tepatnya saya tidak tahu, ketika tiba-tiba teman saya menyerbu masuk kamar, menutup pintu dan mulai berteriak histeris.
            "Naaaa….tetangga kamar kita cakepppp bangeettttt.."
        Saya yang otaknya masih berkabut karena kantuk dan terbangun mendadak, membutuhkan waktu cukup lama untuk mencerna apa gerangan yang membuat teman saya tiba-tiba histeris seperti itu. Dan ketika sadar bahwa alasan keributan ini hanya karena cowok cakep di kamar sebelah, saya segera kembali menghempaskan tubuh ke kasur sambil mengomel panjang pendek ke teman saya, "Doh..sekali lagi aku kebangun dapet gelas cantik kamu."
           Saya bukannya tidak tertarik dengan cowok cakep. Tapi kombinasi pagi buta, udara dingin, kasur dan kantuk yang luar biasa jauh lebih mempunyai efek di otak saya daripada cowok yang-menurut-teman-saya cakep.
           Dan kembalilah saya melayang dalam mimpi, hingga entah berapa menit kemudian, tiba-tiba saya kembali terbangun. Kali ini oleh suara gedoran di pintu yang cukup keras. Hampir-hampir tidak habis pikir mengapa nasib tidur saya begitu sial pagi itu.
            "Ga dikunci …" gumam saya putus asa.
Bukannya mereda, gedoran itu semakin keras. Sambil memicingkan mata yang pedih dan kepala pusing karena berkali-kali terbangun mendadak, saya turun dari ranjang dan membuka pintu.
            "Ap.." belum lagi genap satu patah kata keluar dari bibir saya ketika saya lihat makhluk yang berdiri tepat di depan pintu di hadapan saya. Dan segera saya kehilangan kata-kata saya selanjutnya. Di hadapan saya berdiri sesosok cowok yang entah berwarganegara apa tapi yang jelas satu kata dari saya untuk menggambarkannya, indah sekali. OK, dua kata.
            "Mobil kita sudah datang", ucapnya.
            "Hah?" kali ini bukan karena kantuk yang membuat saya tidak segera memahami apa yang dikatakan makhluk indah di hadapan saya. Tapi lebih ke kombinasi takjub dan memang saya tidak mengerti apa maksud kata-katanya tadi.
            "Akan ke gunung kan? Mobil jemputan kita sudah datang. Ada di depan."
            "Oh, iya. Oke. Sebentar lagi." Akhirnya saya menemukan kembali suara dan otak saya. Segera setelah dia berlalu dari hadapan, saya menutup pintu dan duduk di tepi tempat tidur merenungi keindahan yang baru saja terjatuh di hadapan saya. "Waaawww…" ucap saya akhirnya karena tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat dari perenungan saya.
            Tak berapa lama kemudian, pintu kamar terbuka dan teman saya yang baru selesai mandi masuk ke kamar. Sontak saya menemukan kata-kata yang tepat dan berteriak histeris "Dy……cowok tadi caaaakeeepppp bangeeettttt….."
Teman saya memutar mata dan berkata, "Told ya.."

Epilog
            Menulis ini 6 bulan setelahnya, membuat saya teringat joke tentang cara-cara menggoda cewek yang beredar di internet. Iseng-iseng saya modif sedikit, biar cocok untuk makhluk indah nun jauh di timur sana. J
Saya    : "Melihatmu aku jadi sadar satu hal"
MI    : "Apa?"
Saya    : "Ternyata kalau bidadara tak bersayap akan jatuh dari khayangan. Sakit tak masa jatuh?"

**********
Note: Ditulis atas permintaan seorang teman untuk mengabadikan potongan kenangan di utara Kalimantan.

Pertanyaan Ningsih

Pelan-pelan aku masukan buku gambar dan crayon yang aku pakai menggambar di pelajaran terakhir tadi. Bukannya aku tidak mau cepat-cepat pulang. Aku bahkan sudah membayangkan pudding coklat yang dijanjikan ibu buatku tadi pagi. Hanya saja aku malas pulang bareng teman-temanku yang terlihat masih bergerombol di depan pintu kelas itu. Mereka pasti sedang membicarakan pengambilan raport besok. Topik pembicaraan yang sedang ingin aku hindari saat ini.

“Ning, ndak mau pulang kamu? Pulang bareng yuk..” Ayu, salah seorang dari mereka akhirnya menyadari aku masih di sini.

“Iya. Ini lagi masukin buku”. Kuhela nafas panjang sambil berjalan ke arah mereka. Sepertinya aku memang tidak lagi punya alasan untuk menolak ajakan mereka, apalagi jalan pulang kami memang searah. Segera ku menyusul mereka dan mengikuti mereka dari belakang.

Nek aku, bapak sing ambil raport besok. Malah Bapak sudah bilang, mau beliin aku es dawet di pinggir pasar itu pas pulangnya. Kowe Yu? ” suara dari Lastri, sang juara kelas semester lalu. Seperti yang aku takutkan, mereka sedang membahas pembagian raport besok. Tiap semester, sekolah memang meminta orangtua kami untuk datang mengambil raport. Selain untuk mengambil raport anak-anaknya, waktu seperti ini kadang juga digunakan sekolah untuk bersilaturahmi dengan wali murid. Surat undangan sendiri sudah dikirim seminggu sebelumnya supaya wali murid menyiapkan diri.

“Ning? Ning…?”
“Eh dapa?” aku lihat semua mata melihat ke arahku.

Ealah, malah ngalamun ki bocah. Kesambet lho..” Ayu tertawa disambung yang lain.

“Apa tho?”
“Itu tadi Ayu nanya, mbesok raport kamu sing ngambil siapa?” Nanda, gadis ayu pendiam itu menjelaskan karena melihat ekspresi mukaku yang kebingungan.

“Ehm..ndak tau. Mungkin ibu” jawabku pelan. “Eh, aku lewat situ ya. Lupa ada yang perlu dibeli di warung mbah Narto, titipan ibu tadi pagi. Yok duluan, sampai besok.”

Segera aku berjalan menjauh dari mereka sambil menunduk. Biarlah berjalan sedikit memutar, asal ndak ada lagi pembicaraan itu. Aku bukannya ndak mau membahas pembagian raport karena nilaiku jelek atau kuatir ndak naik kelas. Aku bahkan yakin masih bisa ada di tiga besar seperti biasa bareng Lastri dan Nanda. Aku cuma malas dengan pertanyaan terakhir mereka yang selalu kembali menanyakan mengapa bapakku tidak pernah datang ke acara sekolah. Sebenarnya aku juga tidak masalah mau siapa yang mengambil raport, wong ndak ada bedanya juga. Asal ada yang ambil itu sudah cukup. Bahkan kalau ibu sibuk, kadang simbah atau Lik Nar yang ambil. Tapi kadang ya pengen seperti anak lain yang diambilkan bapaknya, sementara tiap kali aku minta ibu biar bapak saja yang ambil, jawabnya selalu saja sama.
“Assalamualaikum..”
“Waalaikum salam. Sudah pulang Ning? Ganti baju, terus zuhur sana. Ibu sudah siapkan makan siang di lemari makan. Ada juga pudding yang kamu pesen tadi pagi.” Suara ibu menjawab dari kamar.

Nggih Bu” jawabku.
Selesai solat, aku hampiri ibu yang sepertinya sibuk dengan jarum jahit dan baju di kamar. “Buk..” panggilku.
Nopo nduk? Sudah makan?” jawabnya sambil menggeser duduknya, member tempat untukku duduk.
“Besok disuruh ambil raport di sekolah Bu..”
“Iya Ibu tau. Lha ini sedang njahit kancing baju yang mau ibu pakai besok. Malah ndak tau lho klo kancingnya lepas satu. Untung tadi lihat pas nyetrika” ujarnya geli sambil kembali serius dengan jarumnya.
“Boleh ndak Bu, kalau Bapak saja yang ambil?" Ibu meletakkan baju yang dipegangnya dan memutar badannya menghadapku. "Ada apa tho?"
"Mboten nopo-nopo. Hanya pengen saja sekali-kali Bapak yang ambil."
"Kamu kan tahu Bapakmu sibuk. Ndak mungkin ke sekolahmu besok. Lagi pula ndak papa kan kalau Ibu yang ambil. Besok Ibu saja yang ambil ya?" bujuk ibu sambil mengelus puncak kepalaku. 
Lidahku kelu. Dalam diam kuanggukkan kepalaku. Sambil menunduk kutinggalkan kamar ibu ke arah dapur. Dari ekor mata aku sempat melihat ibu menyeka air matanya. 

Aku tidak pernah tega melihat kaca di mata Ibu kalau aku mulai mempertanyakan Bapak. Mungkin karena itu juga aku sudah lama berhenti menanyakan mengapa Bapak tidak bisa tinggal bersama kami setiap hari seperti bapak teman-temanku yang lain. Mengapa terkadang di hari lebaran aku dan ibu hanya pergi solat Ied berdua. Dan juga aku tidak pernah mampu bertanya pada Ibu mengapa ada bisik-bisik lirih Yu Narti, Lik Sar, dan tetangga-tetanggaku yang lain, yang bilang kalau ibu itu wanita penggoda suami orang, istri kedua. Yang aku tahu Ibu sayang sekali sama aku, dan mungkin Bapak juga. 


****************************
Note: Terlepas dari nilai agama, halal haram dan boleh tidak,  masalah poligami kerap kali tidak hanya berbentur pada kata adil dan tidak. Poligami tidak seharusnya hanya dilihat dari kacamata laki-laki dan perempuan yang melakukannya, tapi juga dari sudut pandang seorang anak yang masih belum mampu mencerna dengan logika kecilnya. 

Kinabalu, The City Below The Wind


“Lagi?!?” itu ucap teman saya sambil geleng kepala ketika saya keceplosan cerita tentang rencana saya akhir minggu ini. Ekspresi, yang entah heran, takjub atau tidak habis pikir, itu mungkin dikarenakan ini bearti sudah yang ketiga kalinya saya mengunjungi kota itu. Meskipun sebenarnya, perjalanan yang ketiga ini lebih dikarenakan kecelakaan kecil ketika iseng-iseng mencoba debit card baru saya. Itu sebabnya perjalanan kali ini benar-benar hanya 2 hari 1 malam di akhir pekan. Dan agenda utamanya adalah mengambil kembali pouch HP abu-abu saya yang tertinggal di sana April lalu, di kunjungan kedua saya. “Segitunya sama pouch HP?” mungkin itu yang terpikir. Masalahnya, di pouch HP itu ada EzLink card (kartu transport Singapore) yang berisi S$50. Agenda yang cukup masuk akal dong?
Gunung Kinabalu dari seberang National Park
Jesselton, atau lebih popular sekarang dengan nama Kota Kinabalu, merupakan ibukota Negara bagian Sabah, Malaysia. Terletak di tepi laut China Selatan dan sekaligus di kaki gunung Kinabalu, kota ini memberikan pengalaman 2 in 1 kepada para turis yang mengunjunginya. Tidak perlu arguing dengan saya bahwa Indonesia juga punya banyak tempat 2 in 1 seperti itu. Bahkan tidak perlu jauh-jauh, kota kelahiran saya juga terletak di tepi laut Jawa, selemparan batu dari Karimun Jawa, dan di kaki gunung Muria. Yang jadi masalah, serpihan-serpihan surga yang ditata rapi olehNya di Indonesia sangat mustahil untuk dikunjungi dalam rangka menghabiskan akhir pekan. Dan dengan budget backpacker pula. Maka Kota Kinabalu adalah tujuan penerbangan paling ideal dan masuk akal untuk menghabiskan akhir pekan memandang matahari tenggelam di pelukan laut lepas dan terbit dari rengkuh pegunungan.
How to get there
Dari Jakarta, sejak beberapa tahun yang lalu Airasia membuka rute penerbangan langsung ke Kinabalu. Sedangkan dari Singapore, terhitung semua maskapai low budget mempunyai penerbangan langsung ke Kinabalu. Sebut saja Airasia, Jetstar, dan Tiger Airways. Jika ingin pengalaman yang berbeda atau sekedar “hitung-hitungan lebih murah mana”, dari Singapore ada pilihan lain yakni terbang dari Johor Bahru. Mengapa lebih murah? Karena hanya dengan menambah MYR 8 untuk shuttle bus dari Kota Raya II terminal ke Senai Airport, kita bisa menekan harga tax bandara Changi yang luar biasa mahal itu. Tapi tentu saja sebagai gantinya kita harus menyiapkan lebih banyak waktu dan tidak bisa menikmati kemewahan Changi.
Kota Kinabalu International Airport (BKI) terletak 8 km sebelah barat pusat kota. Bandara ini mempunyai 2 terminal yang tidak terhubung satu sama lain. Jadi pastikan di terminal mana pesawat akan mendarat atau berangkat. Jarak antar terminal sendiri dengan menggunakan taksi sekitar 10-15 menit.
Terminal 1, berdasarkan Wikipedia, terletak di Kepayan area, dan bisa diakses dari jalan Kepayan, Jalan Lintas dan Jalan Puputan. Terminal ini digunakan oleh sebagian besar maskapai, termasuk Jetstar. Untuk menuju ke kota, terdapat shuttle bus dengan frekuensi keberangkatan setiap jam dengan tujuan akhir Terminal Wawasan. Masih berdasar Wikipedia, dari airport ke Kota Kinabalu bisa juga menggunakan minibus no.17 (KK-Putatan). Minibus ini bisa kita temui sepanjang jalan utama menuju bandara. Pilihan lain bisa mengunakan taksi dengan ongkos sekitar MYR 30 (as per Juli 2010). Atau pilihan lain adalah jalan kaki selama kurang lebih 1-2 jam.
Borneo Beachouse
Katanya sudah 2 kali ke KK, kenapa based on Wikipedia? Karena kesemua penerbangan saya ke Kinabalu selalu berakhir di Terminal 2. Entah menggunakan Airasia maupun Tigerairways. Terminal 2 terletak di wilayah Tanjung Aru, tepatnya di jalan Mat Saleh. Hanya berjarak 100 meter dari jalan Mat Saleh, mempermudah penumpang yang turun di terminal ini untuk mencegat minibus (KK – Tj. Aru) ke arah kota. Atau, karena minibus ini tidak beroperasi malam hari, untuk menghemat budget, menginap di area Tanjung Aru bisa menjadi pilihan. Borneo Beachouse yang terletak di jalan Mat Saleh, 8 menit jalan kaki dari gedung terminal, menjadi hostel favorit saya. Atau untuk yang berkantong lebih, bisa memilih Shangri-La's Resort and Spa yang terletak tepat di pinggir laut Tanjung Aru.
Dari Terminal Wawasan, terminal utama semua bus antar kota yang beada di sebelah barat Kinabalu, tersedia bis kota cukup nyaman yang bisa digunakan untuk berkeliling Kota Kinabalu.
Thing to do
Pusat Kota KInabalu sendiri relative kecil untuk ukuran kota besar menurut saya. Jika kita ukur dari Terminal Wawasan ke Jesselton Ferry Terminal, pusat kota ini memanjang tidak lebih dari 2 km. Sedangkan lebarnya yang hanya sekitar 500 m membuat kita bisa melihat dermaga dari bukit di sisi lainnya. Tentu saja ini hanya pusat kotanya saja, karena luas sesungguhnya dari Kota Kinabalu mencapai 351km2.
Dengan luas pusat kota yang tidak seberapa, kota ini bisa kita kelilingi dengan jalan kaki hanya dalam 1-2 jam. Berjalan kaki di kota ini cukup menyenangkan, karena selain banyak taman di tengah tengah kota, laju kendaraan juga tidak terlalu kencang, kecuali di express way yang terletak di selatan kota. Bahkan di beberapa ruas jalan, yang kebanyakan 1 arah, lebih banyak mobil parkir. Berjalan di sisi barat kota menjadi pengalaman sendiri karena jalanan akan langsung berbatasan dengan laut. Atau jika malas berjalan kaki, naik bis kota dengan tarif 50 cent bisa menjadi pilihan.
Di seputaran kota sendiri ada beberapa spot yang rencananya akan saya kunjungi kali ini:
1.  Kinabalu City Mosque
Masjid ini selalu saya lewati ketika dalam perjalanan dari dan ke Kinabalu National Park. Tapi tidak pernah berkesempatan berhenti dari kendaraan dan mengunjunginya. Terletak sekitar 3 km sebelah timur laut dari pusat kota juga yang membuat akses ke masjid ini relative cukup sulit. Keunikan masjid, yang mempunyai kubah dengan warna dominan biru, ini adalah arsitektur bangunannya yang dibangun diatas air.
2.  Signal Hill Observatory Platform
Berada di puncak bukit, Signal Hill Observatory Platform adalah point tertinggi di Kota Kinabalu. Dari sana kita bisa melihat seluruh penjuru kota dan pemandangan jajaran kepulauan di Taman Nasional Tengku Abdul Rahman. Mencapai tempat ini tidak sulit, bahkan jika kita menginap di Jalan Gaya, bukit ini terlihat dari depan penginapan.
3.  Akitson Clock Tower
Akitson clock tower merupakan menara jam yang berada di atas bukit tepat di atas Kota Kinabalu. Menara ini cukup noticeable untuk dilihat dari kejauhan. Menara jam ini memang tidak istimewa, tapi berfoto di depan menara jam ini dalam perjalanan ke Signal Hill Observatory Platform tentu tidak bisa dilewatkan.
4. Sunday Market di Jalan Gaya
Ini juga aktifitas local yang selalu terlewatkan oleh saya, pertama karena waktu itu saya camping di pulau dan tidak mungkin balik ke kota pagi-pagi, dan yang kedua kalinya karena justru saya harus mengejar pesawat pagi ke KL..
5. KK Esplanade
Pertama kali baca KK Esplanade, yang terbayang di benak saya adalah dome besar berduri-duri, yang tentu saja salah. KK Esplanade adalah anjungan di pinggir pantai yang terletak tepat di tengah-tengah kota Kinabalu. Bisa dibilang kalau ke KK kita akan selalu melewati tempat ini. Sekedar tips, tempat ini sangat tidak cocok dikunjungi siang hari karena tidak ada tempat berteduh atau sekadar pohon perindang. Menikmati sunset sambil duduk-duduk di beberapa bangku kayu yang disediakan atau berfoto dengan latar patung-patung ikan di sana bisa menjadi pilihan mengakhiri hari.
 Tempat lain yang biasanya menjadi tujuan para pelancong di KK adalah Taman Nasional Gunung Kinabalu dan Taman Nasional Tengku Abdul Rahman. Gunung Kinabalu sendiri terletak 80km sebelah tenggara KK. Untuk ke sana bisa menggunakan bus ke arah Ranau atau Kundasang dari terminal bus jarak jauh di jalan Tengku Abdul Rahman di bagian selatan kota. Perjalanan dengan tarif MYR 15-20 ini akan ditempuh selama 2 jam. 
 
Akifitas paling popular di Gunung Kinabalu tentu saja trekking ke puncak. Diperlukan ijin dan booking penginapan di Sutera Santuary Lodge untuk bisa mendaki gunung ini. Info terakhir menyebutkan bahwa sekurang-kurangnya pendaki harus menginap 2 malam di atas yang berarti harus menghabiskan waktu 3 hari 2 malam di atas. Atau bisa juga 2 hari 1 malam dengan syarat pemesanan minimal 6 bulan sebelumnya. Pemesanan langsung di tempat ini terbilang cukup sulit, meskipun bukan tidak mungkin karena begitu tanggal pemesanan dibuka, banyak travel agent, yang tentunya mendapat porsi lebih, langsung berebut memesan. Opsi lain jika memang ingin mendaki tapi memutuskan untuk tidak menginap di atas adalah one day climbing. Di sini syarat yang ditentukan adalah pendaki harus sudah memesan sehari sebelumnya, dan berada di Kinabalu Park untuk registrasi ulang di ranger station pada sekurang-kurangnya jam 9 pagi di hari pendakian. Dan harus kembali ke ranger station pada pukul 5 sore. Biasanya pendaki yang berniat melakukan one day climbing menginap di bungalow yang banyak tersedia di sekiar nationa park. Masing-masing group pendaki akan didampingi oleh guide yang selain berfungsi sebagai penunjuk jalan, juga memastikan bahwa kita akan kembali turun sekitar pukul 1 siang baik sudah sampai di puncak maupun belum. Biaya untuk paket ini relative jauh lebih murah karena tidak perlu menginap, yaitu sekitar MYR 130, yang meliputi permit fee dan guide fee. Hanya saja paket ini masih tergantung pada ijin dari ranger, tergantung cuaca dan kondisi gunung di hari pendakian.
View dari tenda @Mamutik

 

  

Jika tidak tertarik dengan pegunungan atau dikarenakan waktu yang terbatas, maka National Marine Park Tenku Abdul Rahman (TAR) bisa menjadi pilihan. TAR yang hanya berjarak seperlima lemparan batu dari KK ini bisa ditempuh dengan boat dari Jesselton Ferry Terminal selama kurang dari 15 menit. Selain dari Jesselton, yang berada di pusat kota Kinabalu, menuju TAR juga bisa dari pelabuhan Tanjung Aru. Pelabuhan ini sebetulnya merupakan bagian dari Shangri-La's Resort and Spa namun terbuka untuk umum. Hanya saja tiket ferry pulang pergi hampir 2 kali lipat dibandingkan dengan Jesselton. Kepulauan ini terdiri dari 5 pulau, Pulau Gaya, sebagai pulau terbesar, P. Manukan, P.Mamutik, P.Sapi, dan P.Sulug. Tidak hanya untuk sunbathing, jajaran kepulauan ini juga cukup nyaman untuk snorkeling. Meskipun coral-coralnya tidak terlalu beragam, tapi ikan-ikan jinak warna-warni sebesar telapak tangan yang berenang-renang sampai ke tepian pantai menjadi hiburan tersendiri. Jika ingin mendapatkan pengalaman sedikit berbeda bisa juga memutuskan untuk camping di salah satu pulau tersebut. Ada banyak penyewaan tenda, snorkeling gear di pelabuhan maupun di pulau itu sendiri.
Senja di Fish Market
Untuk penggemar seafood, menikmati seafood segar yang baru saja dibakar di Fish Market sambil ditemani matahari senja yang masuk ke peraduan bisa juga menjadi pilihan. Pasar ikan terletak di sepanjang pantai di jalan Tun Fuad Stephen.
Sok tahu di Kinabalu
         Bicara Kinabalu adalah bicara kota yang mengingatkan saya bahwa kadang sifat sok tahu saya sudah ada di ambang batas atas toleransi. Sedikit lagi out of spec kalau orang QA bilang. Bahwa kadang saya tidak sadar kalau saya sudah sok tahu itu bukan berita baru. Seperti kala itu ketika kedua kalinya mendarat di terminal 2. Saya yang tahu persis jalan dari terminal 2 ke hostel yang kami pesan di Tanjung Aru kala itu langsung mengajak teman saya jalan kaki ke hostel. Kala itu malam sudah cukup larut, pukul 10 seingat saya. Baru beberapa meter jalan tiba-tiba sebuah mobil sedan melambat di sebelah saya. Jendela sisi penumpang terbuka menampilkan wajah seorang pemuda yang kemudian bertanya, “Maaf, tahu Beach Hotel kat mana?”
         Dengan penuh sok tahu saya memberikan direction ke arah Beach Hotel. Tiba-tiba tebersit ide gila di otak saya, karena kebetulan kami juga hendak menuju nama hotel yang sama. “Boleh tumpang tak? Saya juga nak ke sana.”. Setelah ragu beberapa saat akhirnya pengemudi mobil menyilakan kami berdua masuk ke mobil.
“Menginap di sana juga? Mahal kan ya?” tanya salah satu dari mereka.
“Ah, enggak kok. Murah tu, namanya juga backpacker hostel”
“Hah? Beach Hotel kan?”
“Iya, Beach Hotel di Tanjung Aru kan?” mulai ngerasa ada yang salah. “Nah itu yang sebelah kanan. Lurus aja trus ambil U turn di depan” sambung saya sambil menjelaskan. Karena bangunan tujuan kami memang sudah dekat. Tak lama kemudian sampailah kami di depan hostel yang kami pesan
“Oke, nah ini kan yang dimaksud Beach ..” seketika kata-kata saya menggantung demi melihat papan nama hostel kami “Borneo Beachouse”. “Sh*t”, umpat saya dalam hati, “Duh…maaf sekali…saya pikir..duhh..sorry yaa…”
Dua orang yang “terpaksa” mengantar kami sampai depan penginapan itu hanya geleng-geleng sambil mengucap “It’s OK”.
Saya yang sudah tidak bisa bilang apa-apa lagi segera keluar mobil dengan menahan malu, “Well, thanks tumpangannya anyway” dan segera mengikuti teman saya yang sudah terlebih dahulu berjalan ke dalam hostel tanpa menoleh ke belakang lagi.
              Masih soal sok tahu, masih di kunjungan kedua juga tapi sayangnnya kali ini tidak membuat keuntungan di pihak saya. Hari itu saya punya penerbangan pagi ke KL dari Kinabalu. Maka atas alasan  kepraktisan saya menginap di hostel yang sama di dekat bandara tersebut. Penerbangan saya pukul 7.45 pagi. Berbekal hitungan selama ini menginap di BorneoBeachouse, 10 menit adalah waktu paling lama yang saya butuhkan untuk mencapai counter checkin dari tempat tidur saya. Pagi itu saya putuskan berangkat lebih awal, agar benar-benar bisa menikmati udara segar pagi hari Tanjung Aru dalam perjalanan. Pukul 6.45 saya sudah meninggalkan kamar. Berjalan santai, kurang dari pukul 7 saya sudah sampai di counter check in. Counter Airasia tampak lenggang saat itu.
“Good morning, flight to Kuala Lumpur please” kataku segera kepada petugas yang sedang menjaga counter.
“Sorry Mam, it closed already”
“Hah? Not possible. It’s still more than 45 minutes. My flight is 7.45”
“No flight at that time Mam”
“But Sir, that must be a mistake, I do remember my flight is 7.45. And I still have 45 minutes” saya yang merasa benar tidak mau kalah.
“Mam, may I see your itinerary?”
“I..ok wait..” saya bukan orang yang hobi mencetak itinerary tiket penerbangan, tapi untungnya saya selalu menyimpan copi filenya dalam HP. “No way..” pikir saya demi melihat itinerary yang menyatakan bahwa penerbangan saya ternyata pukul 7.25.
“Sorry…really sorry. I thought my flight was 7.45” saya benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi untuk membuat pembelaan diri yang lebih baik kala itu. Yang terfikir hanyalah bahwa saya ketinggalan pesawat dan harus membeli tiket lagi.
“Actually, from where you got that idea, hah?”
“Err…my head.”
”....” gantian petugasnya yang speechless dan akhirnya dengan muka putus asa mengijinkan saya check in. Yihaaa...!!! ^^'

Have you donated your blood this quarter?

       Aku edarkan pandangan di ruangan yang didominasi warna putih itu. Bau antibiotik khas rumah sakit tercium samar. Beberapa kali terlihat perawat berpakaian putih-putih itu melintas di hadapanku. Seorang bapak dan perempuan muda tampak duduk bersandar di bangku seberang. Seorang sedang berbicara dengan perawat di ruang kaca, entah apa yang mereka bicarakan. Sedang 2 orang lain aku lihat berbaring di sebuah tempat tidur. Semuanya tampak sibuk dengan urusan dan pikiran masing-masing.
       "Buat siapa Mbak?" sebuah suara tiba-tiba mengagetkanku dari pengamatan iseng ruangan ini.
       "Maaf, apa Bu?" ternyata seorang perempuan setengah baya duduk di sebelahku.
       "Mbak'e mau donor buat siapa?" ulangnya lagi.
       "Oh, ndak buat siapa-siapa. Ini rutin aja."
       "Golongan darah apa?"
       "O"
       "Oh, kalau gitu buat aku saja ya Mbak..buat anakku. Dia kena leukimia. Darah yang dibutuhkan belum cukup. Ya Mbak?" lanjutnya antusias menjelaskan tanpa aku minta.
       Tanpa pikir panjang, aku segera mengiyakan permintaannya dan memastikan ke perawat bahwa darahku nantinya akan digunakan oleh anak ibu itu.
       Pada awalnya perawat itu cukup ragu dengan keputusanku. Karena biasanya yang menjadi donor darah untuk kasus kanker darah adalah laki-laki, mengingat darah yang akan diambil lebih banyak daripada donor darah biasa. Setelah meyakinkan perawat, bahwa ini bukan pertama kalinya aku donor, akhirnya anggukan kepalanya mengembangkan senyum di bibir si ibu.
       Donor darah adalah salah satu keinginan terpendamku yang tidak pernah bisa aku realisasikan saat aku masih tinggal dengan orang tua. Keinginan yang lain adalah menjadi anggota Paresmapa (Pecinta Alam SMA 1 Pa*i), hehehe. Hingga akhirnya ketika kuliah, di saat ijin orang tua kadang bisa diminta setelah hal dilakukan, terealisasikanlah keingingan itu.
       Aku ingat donor darah pertama kali di Fakultas Kedokteran Umum kampus. Tidak ada persiapan, karena aku tahu ada kegiatan donor pun ketika melewati banner pengumuman di sebelah fakultas. Bahkan kala itu aku yang bersepeda sempat berfikir, "Setelah donor kuat naik sepeda ga ya?". Ternyata semua berjalan lancar. Tidak ada terasa pusing, berkunang-kunang, lemas, atau segala hal yang sempat aku kuatirkan. Selain Jogja, terhitung Sukoharjo, Batam dan Singapore pernah menjadi tempat donor darahku di tahun-tahun berikutnya.

Apa si donor darah?
Creative campaign of blood donation
       Donor darah merupakan proces ketika seorang yang sehat secara sukarela diambil darahnya yang kemudian digunakan dalam transfusi darah atau disimpan di bank darah guna dipakai sewaktu-waktu dibutuhkan (Wikipedia).
       Pada umumnya darah dari pendonor akan digunakan/diberikan kepada orang lain yang membutuhkan. Tapi bisa juga melakukan donor darah untuk diri sendiri. Karena, dengan berbagai alasan, bagaimanapun juga menerima darah sendiri jauh lebih baik daripada darah orang lain. Praktek ini belum umum, atau aku saja yang jarang menemukan, di Indonesia, tapi sepertinya cukup umum di Singapore. Keterangan lebih lengkap donor untuk diri sendiri ada di sini.

"Bisa donate ga ya?"
       "Wah..aku darah rendah." atau "Sorry Na, sepertinya gue kurang darah". Itu 2 dari sekian banyak jurus mengelak paling sering aku temui ketika mengajak orang untuk donor darah. Padahal keputusan seorang bisa donor darah atau tidak baru bisa diambil setelah serangkaian pemeriksaan sebelumnya. Tapi apa saja si batasan seorang bisa mendonor atau tidak?
       Aku ambil dari website HSA (Health Science Authority), pada dasarnya syarat untuk menjadi donatur darah tidaklah sulit, yaitu:
  • Berusia antara 16 sampai 60 tahun
  • Berat badan lebih dari 45 kg
  • Sehat atau merasa sehat
       Pada dasarnya hanya itu syarat utama seorang bisa mendonorkan darahnya, untuk kategori syarat yang bisa kita lihat tanpa pemeriksaan lebih lanjut. Begitu sampai di tempat donor darah, akan ada pemeriksaan lanjutan yaitu pemeriksaan kadar hemoglobin dan tekanan darah. Kadar hemoglobin atau zat besi dalam darah untuk menjadi donor harus  lebih dari 12.5 g/dl. Tapi tidak boleh terlalu kental juga. Batas atas yang masih diperbolehkan setahuku 16 g/dl. Sedang untuk tekanan darah yang diperbolehkan yaitu systole 110 – 160 mm Hg dan diastole 70 – 100.  
Namun perlu diperhatikan juga beberapa kondisi yang mengharuskan seseorang menunda dulu keinginannya untuk donor darah, antara lain:
  • Mempunyai gejala infeksi, seperti radang tenggorokan, diare, diharapkan menunda hingga 1 minggu setelah sembuh.
  • Demam lebih dari 38 derajat Celcius, diharapkan menunda hingga 3 minggu setelah sembuh. 
  • Setelah membersihkan karang gigi, diharapkan menunda sehari tapi kalau cabut gigi, ditunda dulu 3 hari. Khusus untuk cabut gigi geraham bungsu (wisdom tooth), harus menunda donor hingga 3 bulan.
  • Infeksi kulit ringan, diharapkan tunggu 1 minggu setelah sembuh
  • Berada di lingkungan yang terkena demam berdarah, cikungunya tapi tidak terinfeksi, ada baiknya menunggu 3 minggu. Ini sebabnya dalam pemeriksaan selalu ditanyakan apakah calon donor baru saja dari daerah rural di Indonesia atau negara-negara tropis lainnya dalam jangka waktu 3 minggu sebelumnya. Jika positif terinfeksi, maka waktu tunggu menjadi 6 bulan setelah penyembuhan.
  • Khusus untuk malaria, masa tunggu menjadi lebih lama, setidaknya 3 tahun setelah penyembuhan. Dan untuk orang yang berpergian ke daerah rural dimana malaria masih merupakan penyakit endemik, maka diharapkan menunggu hingga 6 minggu. 
  • Kontak dengan penderita Hepatitis B, diharapkan menunggu hingga 12 bulan dan telah mendapatkan imunisasi penuh Hepatitis B. 
  • Tattoo, tindik telinga atau bagian badan lainnya, akupuntur, dan tranfusi darah, diharuskan menunggu 1 tahun.
       Selain hal-hal diatas yang memaksa seseorang menunda donor darah, ada beberapa hal yang membuat seseorang tidak memungkinkan untuk mendonorkan darahnya. Syarat khusus itu adalah:
  • Penderita AIDS atau mereka yang berpotensi terpapar virus HIV seperti pengguna obat-obatan terlarang, pekerja seks komersial, seorang yang berganti-ganti pasangan seksual, pria yang melakukan hubungan homoseksual, dan siapa pun yang berhubungan seksual dengan dalam lingkungan di atas.
  • Penderita Hepatitis B
  • Penderita Syphilis 
Jadi, punya alasan yang lebih baik dong untuk menolak ajakan donor darah?

Donation process
       Ada lagi alasan yang beberapa kali aku dengar, "Ga deh, takut jarum gw". Oke, untuk alasan ini aku tidak bisa bilang apa-apa. Tapi bagaimana sebetulnya process donor darah? Semenakutkan pandangan orang ga si? Jarumnya segede apa si? Dan sakit ga si? 
       Secara garis besar, standard operation procedure untuk donor darah hampir sama antara Singapore maupun Indonesia. Pertama, kita akan diminta untuk mengisi formulis yang berisi data diri, riwayat kesehatan, aktifitas seksual, dan aktifitas mobilitas terakhir kita. Kemudian dilakukan pemeriksaan oleh dokter yang meliputi suhu tubuh, tekanan darah, dan berat badan. Untuk yang terakhir ini sepertinya tidak pernah ada yang meragukan aku *curcol*. Dokter ini juga bertugas untuk mengkonfirmasi kembali jawaban di lembar formulir yang kita isi.
       Pemeriksaan berikutnya adalah pemeriksaan hemoglobin. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan dengan cara mengambil sedikit darah dari ujung jari menggunakan alat semacam pulpen tapi dengan ujung jarum halus. Setahun lalu, pemeriksaan hemoglobin dilakukan dengan menjatuhkan tetesan darah kita ke dalam cairan berwarna-biru-yang-aku-tidak-tahu-namanya. Jika darah mengambang, maka dianggap tidak memenuhi 12.5 g/dl yang ditentukan. Sekarang pengukuran dilakukan dengan semacam alat ukur digital yang akan menunjukan secara akurat berapa kadar hemoglobin dalam darah.
       Jika lolos, maka tahap berikutnya adalah pasrah. Maksudnya, waktunya donor darah. Kita akan diminta tiduran, walaupun beberapa teman memanfaatkannya untuk tidur beneran, dan ditanya akan mendonorkan tangan kanan atau tangan kiri. Maksudnya lagi, akan diambil darah di tangan kanan atau tangan kiri. Setelah itu, proses mencari pembuluh vena dilakukan. Pada beberapa kasus, pembuluh darah begitu kecil atau tertanam dalam, hingga sulit ditemukan. Termasuk kasus seorang teman yang mencak-mencak tidak terima setelah ditolak 2 kali karena pembuluh darahnya tidak ditemukan. 
       Setelah itu, petugas akan memberi anestesi di daerah yang akan diambil darahnya. Setelah sekitar 3 menit, maka proses pengambilan darah bisa dimulai. Prosesnya sendiri tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 10-20 menit. Tergantung amal ibadah dan kondisi darah masing-masing. Ada tips untuk mempercepat darah keluar, yaitu melakukan gerakan meremas secara kontinyu. Biasanya akan disediakan semacam bola karet kecil yang bisa diremas untuk membantu gerakan, dan boleh dibawa pulang jika tidak malu meminta ke petugasnya.
       Setelah kantong darah penuh, biasanya petugas akan meminta kita tetap berbaring hingga beberapa saat sebelum membebatkan perban warna-warni di siku. Lengkaplah proses donor darah dan tugas kita sebagai umat manusia.
       Sebelum dan setelah donor darah ada baiknya perbanyak minum untuk mempercepat regenerasi darah, perbanyak makanan yang mengandung zat besi, cukup tidur. Khusus sehari setelah donor, usahakan jangan mengangkat barang berat dan terlalu intens berolahraga. Intinya, istirahat dulu deh sehari.

Fun in blood
       Pernah ga ditolak donor darah? Pernah, sekali. Waktu itu tetesan darahku mengambang di pemeriksaan hemoglobin. Pernah pingsan setelah donor darah? Untungnya belum pernah, dan jangan pernah. Kata bu Guru, tidak baik menyusahkan orang lain, apalagi untuk menggotong aku yang pingsan kan?
       Pengalaman tidak terlupakan donor darah aku alami di Batam. Dengan hasrat dan semangat menggebu, akhir minggu itu aku menyambangi kantor PMI Batam yang terletak tepat di depan pusat perbelanjaan paling besar di Batam. Tak perlu waktu lama, setelah pemeriksaan dan sebagainya, proses pengambilan darah pun dimulai. Tunggu punya tunggu, pengambilan darah yang biasanya hanya memakan waktu 15 menit molor hingga lebih dari 30 menit. Penasaran dengan apa yang terjadi, petugasnya pun mengecek selang yang menghubungkan jarum di lenganku dengan kantong darah. Dan ternyata, selangnya tertekuk. Akibatnya darah yang sudah terlanjur keluar tidak lancar masuk ke kantong darah tapi membeku dan menyumbat selang. Akhirnya, kantong yang sudah berisi setengah itu terpaksa dibuang. Sedangkan nasib lenganku, meskipun tidak sakit, lebam kehijauannya tidak hilang selama seminggu penuh.
       Pengalaman lain lagi yang tidak terlupakan adalah donor darah pertama. Bukan donor darahnya sendiri yang begitu memorable, tetapi setelahnya. Seperti biasa setelah donor darah, kita akan diberi multi vitamin penambah zat besi dalam darah. Kala itu aku ingat sebotol "Sangobion" cair ukuran kecil. Entah petugasnya yang tidak menjelaskan atau aku yang sedemikian antusiasnya atas donor darah pertamaku waktu itu, sambil jalan meninggalkan meja pemeriksaan, segera aku buka botol itu dan aku minum hingga habis setengah.
       "Mbak, itu diminum nanti saja di rumah" ujar petugas PMI yang memeriksaku sebelumnya. Aku hanya tersenyum menanggapinya. Hingga akhirnya sampai di rumah terbaca olehku cara pemakaian yang tercantum di botol kecil itu.
       "Dosis anjuran: 1 sendok teh (5 ml) / hari."
        "........"